Esai Sastra bahan UAS
Ngopi
sekedar memenuhi gaya hidup ?
Budaya
ngopi memang sudah populer sejak lama di Indonesia. Bukan cuma
orang tua, akan tetapi kopi sekarang menjadi gaya hidup di kalangan
anak muda. Maraknya outlet tempat ngopi dengan berbaga jenis karakteristik
membuat coffe shop tersebut menarik untuk dikunjungi. Wajar saja, jika
kini coffe shop lebih dipilih oleh anak
muda sebagai tempat mengerjakan tugas kuliah atau hanya sekedar nongkrong
bersama teman-teman.
Meskipun
berawal dari gaya hidup, akan tetapi lama-kelaman timbul rasa keterikatan
dengan cita rasa khasnya tersebut. Sebagian besar orang yang sudah terbiasa
ngopi, akan merasa hampa ketika satu hari saja tidak menyeruputnya. Ada yang
menjadikan kopi sebagai teman bergadang, melawan kesunyian, maupun
membangkitkan ide/kreatifitas.
Kopi juga sudah terbukti dapat membantu mengatur maupun menanggulangi
depresi. Sebagian karena kandungan kafein membuat kita tetap sadar, yang dapat
mengurangi perasaan depresi, namun juga berhubungan dengan tingkat oksidan yang
terkandung dalam secangkir kopi. Sebenarnya, suatu penelitian dari Brazil
baru-baru ini menunjukkan bahwa bahkan anak-anak dapat meminum kopi dalam
jumlah yang sesuai dengan usianya untuk mengatasi depresi. Kenyataannya, dalam
penelitian menunjukkan sejumlah kecil kopi (1-2 cangkir sehari) sesungguhnya
memiliki manfaat bagi kesehatan anak-anak, meskipun pernyataan sebelumnya
menyatakan bahwa meminum kopi dapat menghambat pertumbuhan seseorang
Menikmati
secangkir kopi hangat, identik dengan dunianya laki-laki. Meski pada
kenyataannya sebagian perempuan juga merupakan penikmat sejati minuman
yang nikmat diminum kala hangat ini. Faktanya, perempuan memang menikmati kopi,
tapi seleranya berbeda dengan laki-laki. Kebiasaan minum kopi pada kebanyakan
perempuan juga didorong oleh tren gaya hidup bukan rutinintas seperti yang
didapati pada laki-laki. Pilihan kopi kaum hawa juga berbeda. Kalau kebanyakan
laki-laki gemar mengonsumsi kopi tubruk misalnya, perempuan lebih banyak yang
menyukai kopi flavor, lebih ringan dan memiliki variasi rasa.
Pengamat
gaya hidup (terutama di industri makanan dan minuman), Fanina Susanti, mengakui
perempuan suka kopi, dan kopi sebenarnya bukan hal baru bagi perempuan. Namun
memang, bertambahnya jumlah penikmat kopi dari kaum hawa turut dipengaruhi
munculnya ragam citarasa kopi yang lebih ringan dan nyatanya lebih disukai
perempuan.
Berawal
dari sekedar coba-coba, gaya hidup, dan penasaran. Akhirnya kini kopi hampir di
gandrungi oleh berbagai jenis kalangan maupun usia. Sebagai kaum hawa saya
menyukai kopi dengan kandungan yang lebih rigan, yaitu kopi dicampur dengan susu dan memiliki lapisan busa
yang tipis di bagian atasnya atau biasa disebut juga dengan coffe latte.
Berawal
dari iseng-iseng saya mulai mencoba berbagai varian kopi, mulai dari cappucino,
frappe, freddo, macchianto hingga akhirnya menemukan kopi yang sesuai dengan
lidah saya yaitu Coffe latte. Seperti yang dipaparkan sebelumnya, kopi bisa
menanggulangi stres. Begitulah yang saya rasakan, setiap kali fikiran buntu
untuk mengerjakan berbagai tugas, maka pilihan saya adalah meminum kopi, baik
itu dalam kemasan kaleng (nescafe) maupun membuatnya sendiri. Dunia mahasiswa
yang dipenuhi dengan tugas, membuat saya kerap kali harus bergadang. Inilah
salah satu faktor yang membuat saya makin sering membudayakan ngopi, hingga akhirnya
saya menjadi candu terhadap kopi.
Kini
budaya ngopi bukan lagi sekedar gayahidup, karena menurut saya beberapa orang
tetap menyantap kopi meskipun tidak lagi di Caffe. Kopi yang diminum bisa dalam
bentuk kotak atau kaleng, maupun kopi dalam kemasan yang bisa dibuat sendiri di
rumah. Minum kopi/ngopi tidak lagi hanya untuk mengikuti zaman, namun kopi
buatan rumah yang bersahabat dengan kantong juga tidak mengurangi rasa cinta
kita terhadap minuman satu ini. Hal ini
membuktikan bahwa sejainya kini kopi telah hidup di hati penikmatnya, dan
menjadi minuman yang sangat digemari bukan hanya sekedar untuk memenuhi gaya
hidup saja.
Komentar
Posting Komentar