Kritik Sastra Menggunakan Pendekatan Mimetik pada Cerpen Gerobak Karya Seno Gumira Ajidarma



Cerpen berjudul “Gerobak” karya  Seno Gumira Ajidarma ini mengungkapkan pandangannya tentang kondisi sosial masyarakat yang berkaitan dengan fenomena lumpur. Kita ketahui bahwa SGA berkecimpung di dunia jurnalistik, ia merupakan seorang wartawan dan kritikus Filem Indonesia. Tak heran bila dalam cerpen Gerobak ia  berhasil menggambarkan dampak dari kejadiaan lumpur terkesan nyata. Meskipun dalam cerpen ini ia tidak menjelaskan secara gamblang bahwa lumpur ini adalah banjir lumpur panas di Sidoarjo, akan tetapi cerpen gerobak memiliki kedekatan dengan fenomena lumpur Lapindo pada tahun 2006 silam. Hal tersebut terdapat dalam kutipan cerpen :

(1)   “Sekarang aku tahu gerobak-gerobak berwarna putih itu datang dari Negeri Kemiskinan. Di mana tempatnya, Kakek tidak pernah menjelaskan, tetapi kurasa tentunya dekat-dekat saja, karena bukankah gerobak itu dihela oleh orang yang berjalan kaki? Demikianlah gerobak-gerobak itu dari hari ke hari makin banyak saja tampaknya.”

(2)“Mereka memang tidak bisa pulang ke mana-mana lagi sekarang.”
“Bukankah mereka bisa pulang kembali ke Negeri Kemiskinan?”
“Ya, tetapi Negeri Kemiskinan sudah terendam lumpur sekarang, dan tidak ada kepastian kapan banjir lumpur itu akan selesai.”

Semburan lumpur panas dimulai sejak tanggal 29 Mei 2006. Semburan lumpur panas selama beberapa bulan ini menyebabkan tergenangnya kawasan pemukiman, pertanian, dan perindustrian di tiga kecamatan di sekitarnya, serta mempengaruhi aktivitas perekonomian di Jawa Timur. Cerpen gerobak ditulis pada saat di Pondok Aren tanggal 7 Oktober 2006.   Banyak makna tersirat yang disampaikan oleh SGA dalam cerpen ini. Salah satunya adalah terciptanya masalah kemiskinan dan membawa masyarakat dalam ketidak sejahteraan bahkan konflik.  Seperti pada kutipan :

(1)   Begitulah dari hari ke hari gerobak-gerobak putih itu memenuhi kota kami, bahkan mobil Kakek sampai sulit sekali keluar masuk rumah karena gerobak yang berderet-deret di depan pagar. Di jalan-jalan gerobak itu bikin macet, dan di tepi jalan keluarga gerobak yang memasang tenda-tenda plastik seperti berpiknik itu sudah sangat mengganggu pemandangan.”

(2)   “Sekarang aku mengerti kenapa orang-orang itu tampak sangat amat dekil.Rupa-rupanya seluruh tubuh mereka seperti terbalut lumpur, sehingga kadang-kadang mereka tampak seperti patung yang bisa hidup dan bergerak-gerak.Baru kusadari betapa manusia-manusia gerobak ini memang sangat jarang berkata-kata. Seperti mereka betul-betul hanyalah patung dan hanya mata mereka akan menatapmu dengan seribu satu makna yang terpancar dari sana.”

Cerpen gerobak juga membongkar kebobrokan sistem perekonomian, dimana orang kaya akan semakin kaya, sedangkan orang miskin akan semakin tertindas. Orang kaya akan melakukan segala cara karena keserakahan mereka tanpa memikirkan dampak yang akan ditimbulkan terhadap orang lain. Ini juga terlihat pada kutipan :

(1)   “Aku tidak bertanya lebih lanjut, karena kakekku adalah orang yang sibuk. Di samping menjadi pejabat tinggi, perusahaannya pun banyak sekali, dan Kakek tidak pernah membagi pekerjaannya yang berat itu dengan orang lain. Semuanya ia tangani sendiri.”

(2)   “Siapa pula suruh merendam negeri mereka dengan lumpur,” sahut Nenek, “kita harus menerima segala akibat perbuatan kita. Heran, kenapa manusia tidak pernah cukup puas dengan apa yang sudah mereka miliki.”

Seno Gumira menyampaikan ceritanya dengan matang, cara penyampaiannya dapat langsung dipahami oleh pembaca. Selain itu temanya juga mengangkat kehidupan sehari-hari yang sesuai dengan kondisi Negara kita saat ini. Meskipun ia tidak menyinggung secara langsung objek yang ditujunya, akan tetapi disitulah letak kelebihan dari cerpen ini. Selain itu pada cerpen ini juga sarat akan nilai moral dan sosial yang tersaji secara gamblang bagi para pembaca. Dimana kita harus hidup bertenggang rasa dan saling menghormati. Tidak boleh menindas kaum kecil, dan kaum kecilpun tidak boleh memanfaatkaan keadaan dengan cara sesukanya saja untuk mendapatkan belas kasihan dan bantuan dari orang lain.
Kekurangan dalam cerpen ini adalah pengarang tidak menitik beratkan pada kaum mana ia berpihak. Akan tetapi ia kurang menggambarkan perasaan hati dari kaum miskin yang ada di gerobak, sehingga hanya terlihat si tokoh aku yang tampak menghakimi kaum tersebut. Selain itu juga tidak ada rasa penasaran dari dalam diri pembaca saat membaca teks cerpen ini, dan bisa langsung menebak siapa objek yang sedang dituju oleh si pengarang.

Komentar

  1. http://nalurerenewws.blogspot.com/2018/07/taipanqq-manfaat-air-kelapa-untuk.html

    Taipanbiru
    TAIPANBIRU . COM | QQTAIPAN .NET | ASIATAIPAN . COM |
    -KARTU BOLEH BANDING, SERVICE JANGAN TANDING !-
    Jangan Menunda Kemenangan Bermain Anda ! Segera Daftarkan User ID terbaik nya & Mainkan Kartu Bagusnya.
    Dengan minimal Deposit hanya Rp 20.000,-
    1 user ID sudah bisa bermain 8 Permainan.
    BandarQ
    AduQ
    Capsasusun
    Domino99
    Poker
    BandarPoker
    Sakong
    Bandar66

    Kami juga akan memudahkan anda untuk pembuatan ID dengan registrasi secara gratis.
    Untuk proses DEPO & WITHDRAW langsung ditangani oleh
    customer service kami yang profesional dan ramah.
    NO SYSTEM ROBOT!!! 100 % PLAYER Vs PLAYER
    Anda Juga Dapat Memainkannya Via Android / IPhone / IPad
    Untuk info lebih jelas silahkan hubungi CS kami-Online 24jam !!
    • WA: +62 813 8217 0873
    • BB : E314EED5

    Daftar taipanqq

    Taipanqq

    taipanqq.com

    Agen BandarQ

    Kartu Online

    Taipan1945

    Judi Online

    AgenSakong

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENULIS KRITIK DAN ESAI SECARA EKSPRESIF

Kritik Objektif Pada Novel Ayah Karya Andrea Hirata